Page 97 - LAPORAN AKHIR MASTERPLAN KAWASAN SABA BUDAYA BADUY DAN SEKITARNYA
P. 97
LAPORAN AKHIR
Perencanaan Masterplan Kawasan Saba Budaya Baduy dan Sekitarnya
3.1.5.2 Budaya dan Tradisi Masyarakat
Kondisi sosial dan budaya masyarakat merupakan hal yang terpenting dalam mengetahui
nilai, identitas asli masyarakat, serta kebiasaan maupun tradisi asli masyarakat terutama
masyarakat Baduy dan sekitarnya. Maka di temukan kondisi sosial budaya masyarakat
berdasarkan Kawasan Inti dan Kawasan Penyangga.
A. Kawasan Inti
Kawasan Inti merupakan Desa Kanekes yang sudah terkenal dengan nama Kawasan
Saba Budaya Baduy. Baduy merupakan salah satu etnis yang tidak terpisahkan dari
Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan posisi geografis dan administrative berada
di sekitar pegunungan Kendeng di Desa Kanekes, Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten
Lebak, Provinsi Banten. Bukanlah merupakan suku terasing, tetapi suatu suku yang
sengaja “mengasingkan dirinya” dari kehidupan dunia luar (menghindari modernisasi),
menetap dan menutup dirinya dari pengaruh kultur luar yang dianggap negative dengan
satu tujuan untuk menunaikan amanat leluhur dan pusaka karuhun yang mewasiatkannya
untuk selalu memelihara keseimbangan dan keharmonisan alam semesta.
Asal-usul orang Baduy merupakan bagian dari suku Sunda yaitu suku asli masyarakat
Provinsi Jawa Barat dan sekarang menjadi Provinsi Banten, Bahasa yang digunakan
mereka bahasa sunda. Baduy menganut agama sunda wiwitan, yaitu kepercayaan lokal
yang merupakan hasil akulturasi antara agama Islam dan agama lokal Suku Baduy.
Keseharian masyarakat Baduy adalah berladang dengan wilayah ladang ada yang berada
di dalam wilayah inti (Desa Kanekes), ada pula yang berada di luar wilayah inti namun
masih di sekitar wilayah inti/Kawasan Penyangga.
Adapun upacara adat Baduy Kawasan Inti yang sering dilakukan oleh masyarakat
diantaranya :
1. Ngalaksa
Upacara Ngalaksa adalah salah satu upacara adat yang berfungsi menjamin
kesejahteraan Bersama masyarakat Baduy dalam wujud kegiatan membuat laksa,
semacam mi terbuat dari tepung beras. Upacara ngalaksa dilaksanakan pada hari kelima
kawalu tutug atau pada tanggal 21 bulan katiga, diawali di kapuunan (Baduy Dalam),
kemudian berantai sampai ke seluruh kampung penamping (Baduy Luar). Bahan untuk
pembuatan laksa di kapuun diambil dari beras huma serang yang ditanam di Baduy
Dalam, sedangkan untuk daerah panamping diambil dari beras huma tuladan yang
berasal dari Baduy Luar. Seandainya padi dari tempat itu tidak cukup, akan ditambah
dengan beras huma yang lain. Upacara adat ini juga merupakan sumber yang menjamin
ketersediaan pangan bagi masyarakat Baduy, walaupun tidak sering, tapi rutin dilakukan.
2. Kawalu
Kawalu merupakan salah satu yang termasuk kedalam upacara adat Baduy sebagai wujud
sukur masyarakat Baduy terhadap leluhurnya karena diberikan rezeki yang cukup. Kawalu
merupakan tradisi upacara yang dikenal sebagai salah satu jenis upacata yang biasa
dilakukan dalam rangka memperingati hasil panen atau dalam Bahasa mereka
“kembalinya” padi dari huma (ladang) ke leit (lumbung). Upacara ini biasanya dilakukan
sebanyak tiga kali dalam setahun, masing-masing sekali dalam tiap-tiap bulan kawalu.
Dilihat dari jenisnya, upacara kawalu ini dikenal dalam tiga macam, Kawalu Tutug (awal),
atau kawalu mitembeuy kawalu Tengah (pertengahan), dan kawalu tutug (akhir). Kawalu
DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA
PEMERINTAH KABUPATEN LEBAK 3- 32

