Page 103 - LAPORAN AKHIR GABUNGAN
P. 103
KAJIAN RENCANA PENGEMBANGAN JALUR GEOWISATA (GEOTRAIL) DI KAWASAN
GEOPARK BAYAH DOME, KABUPATEN LEBAK.
bangsawan yang bergelar raden. Berdasarkan keterangan dari tokoh masyarakat
setempat, gelar kebangsawanan ini diturunkan dari kaum bangsawan yang berasal
dari Priangan. Gelar kebangsawanan ini disandang secara turun temurun, namun ada
juga yang diberikan oleh Pemerintah Hindia Belanda. Gelar kebangsawanan yang
diberikan oleh Pemerintah Hindia Belanda biasanya bernama Sastrawiguna atau
Sastranegara (Lubis et al., 2006: 211-212).
Kedua, kelompok masyarakat yang menempati golongan bangsawan rendah.
Kelompok masyarakat ini menyandang gelar entol. Gelar kebangsawanan ini
disandang oleh mereka yang mempunyai hubungan darah atau keturunan Ajar Djo.
Menurut cerita masyarakat setempat, Ajar Djo merupakan salah seorang hulubalang
pasukan perang Prabu Pucuk Umum. Bersama-sama dengan saudara kandungnya
yang bernama Ajar Djong, mereka menyatakan diri menganut agama Islam dan
menjadi pengikut setia Maulana Hasanuddin. Oleh karena pengabdiannya itu, maka
oleh Sultan Hasanuddin mereka diberi gelar sehingga namanya berubah menjadi Ki
Mas Djong dan Ki Mas Djo. Kelak di kemudian hari, keturunan dari Ki Mas Djo ini diberi
gelar entol (Lubis et al., 2006: 213).
Pada abad ke-19 stratifikasi atau pelapisan sosial masyarakat Lebak terbagi tiga
lapisan, yaitu golongan elit, golongan jawara, dan golongan pamong praja atau orang
kaya. Golongan elit yaitu kaum ulama, status ini mendapat tempat yang tinggi pada
masyarakat Lebak. Sebagai seorang ulama memiliki kemampuan yang memadai
dalam bidang keagamaan. Tidaklah heran, jika dia menjadi tempat yang tepat untuk
didatangi orang yang ingin mendapatkan siraman rohani. Golongan Jawara, pada
zamannya dikenal memiliki keberanian, kemampuan, dan kekuatan fisik yang dapat
membuat orang takut dan segan jika berhadapan dengan mereka. Golongan pamong
praja, yaitu mereka merupakan aparat pemegang kekuasaan formal yang kadang-
kadang lebih membela kepentingan penguasa daripada rakyatnya. Selain itu, mereka
yang diakui oleh masyarakat sebagai orang kaya. Orang kaya ini biasanya memiliki
harta kekayaan yang berlebih, seperti rumahnya banyak, sawah dan kebunnya luas
(Sucipto et al., 2000: 45-47).
LAPORAN AKHIR 88

