Page 29 - KAJIAN PERENCANAAN DAN PENGEMBANGAN POTENSI INVESTASI DI KAWASAN GEOPARK BAYAH DOME
P. 29

Serang jaraknya sekitar 78  Km.  Jarak  dari pintu masuk Desa Kanekes ke pusat  Kota

                  Kecamatan Leuwidamar adalah 27 Km,  dan jarak  ke pusat  kota  Kabupaten  Lebak  di
                  kota Rangkasbitung  sekitar 50 Km.

                        Letak  Desa  Kanekes  berada  di  kawasan  Pegunungan  Kendeng,  yang  kondisi
                  fisiknya  berbukit-bukit.  Luas  desa  tersebut  berdasarkan  Perda  (Peraturan  Daerah)

                  Kabupaten  Lebak  Nomor  13  Tahun  1990  adalah  5.101,85  Ha  yang  kemudian

                  diperbaharui melalui Perda Kabupaten Lebak No 32 Tahun 2001 tentang Perlindungan
                  atas Hak Ulayat Masyarakat Baduy.  Wilayah  Kanekes seluas itu meliputi huma (ladang,

                  kebun  atau  lahan  pertanian),  permukiman,  serta  hutan  lindung.  Masyarakat  Baduy
                  tersebar di sekitar 59 kampung.

                        Permukiman di Desa Kanekes dibagi menjadi dua wilayah, yaitu wilayah Baduy
                  Tangtu/Kajeroan yang  menempati  daerah  sebelah  selatan;  dan  wilayah Baduy Panamping

                  yang berada di wilayah  sebelah  timur,  barat,  dan  utara.  Di wilayah Baduy Tangtu terdapat

                  Kampung  Cibeo,  Cikartawana,  dan  Cikeusik,  sedangkan  di  wilayah  Baduy  Panamping
                  terdapat  56  kampung.  Penambahan  anak  kampung  hanya  dizinkan  di  wilayah  Baduy

                  Panamping. Selain  itu,  ada  juga warga Dangka, yakni warga Baduy yang tinggal di luar

                  Desa  Kanekes.  Meskipun  berada  di  luar  Kanekes,  mereka  merupakan  pendukung
                  budaya  dan  keturunan Baduy. Mereka tidak kehilangan statusnya sebagai orang Baduy

                  karena masih terlibat dalam kegiatan adat di  Baduy.  Para  pemimpin  di Dangka pun  selalu
                  dilibatkan  dalam setiap pengambilan  keputusan di Baduy.

                        Pola  permukiman  orang  Baduy  dibangun  dalam  bentuk  kampung  atau  lembur.
                  Setiap kampung dibangun di lokasi  yang ada sumber air, baik mata air,  sungai,  atau

                  selokan. Di dalam kampung terdapat sejumlah bangunan rumah panggung dalam tataran

                  mengelompok, dan diatur sedemikian rupa sehingga kumpulan rumah terletak di tengah.
                  Rumah-rumah umumnya, dibangun bersaf berhadap-hadapan dengan jarak antar rumah

                  kira-kira 2-3 meter. Walaupun rumahnya tanpa jendela, sinar matahari/ udara luar dapat
                  masuk  melalui  celah-  celah  dinding.  Sementara  itu  di  bagian  pinggir  luar  didirikan  saung

                  lisung (tempat menumbuk padi), tampian (tempat mandi), dan di  bagian  yang  lebih  ke  luar
                  lagi adalah  bangunan leuit (lumbung  padi)  milik  keluarga-keluarga.  Di  tengah permukiman

                  biasanya  terdapat  lahan  kosong,  berupa  lapangan  atau  halaman  rumah.  Area  itu

                  berfungsi  sebagai  tempat  bermain  anak-anak  atau  menjemur  benang,  pakaian,  dan
                  aktivitas lainnya.

                        Mata  pencaharian  orang  Baduy  dapat  dibedakan  menjadi  dua,  yakni  mata

                  pencaharian utama dan mata pencaharian tambahan atau sampingan. Mata pencaharian
                                                                                               26
   24   25   26   27   28   29   30   31   32   33   34