Page 158 - RENCANA INDUK GEOPARK BAYAH DOME
P. 158
4.1. Strategi Pengembangan Geopark
5 Core Strategy dalam Pengembangan Geopark Bayah Dome
Strategi pengembangan kawasan Geopark Bayah Dome menerapkan konsep 5C’s
Strategies (Osborne dan Plastrik, 1997). Konsep ini memperhatikan lima aspek strategi yaitu:
1. Core Strategy (Strategi Inti untuk Menciptakan Kejelasan Tujuan).
Bagian penting pertama dari DNA organisasi publik adalah menetapkan tujuan yang jelas.
Strategi inti ini bertujuan untuk memperjelas arah pemerintahan. Dalam konteks ini,
“mengemudi” diartikan sebagai memberikan arahan dan kebijakan, sedangkan “mendayung”
berarti memproduksi barang dan jasa. Strategi ini memisahkan fungsi mengarahkan
(kebijakan) dari fungsi pelaksanaan (operasional), sehingga setiap organisasi dapat fokus pada
pencapaian tujuan utama secara efektif. Alat yang digunakan dalam strategi ini meliputi aturan
batas waktu (sunset rules) yang mengharuskan program diotorisasi ulang secara berkala,
devolusi (pemindahan tanggung jawab ke tingkat pemerintahan yang lebih rendah),
penawaran kompetitif (memisahkan peran kebijakan dan pelaksanaan dengan membuka
lelang untuk fungsi pelaksanaan), serta penganggaran berbasis kinerja (menetapkan hasil yang
diinginkan oleh pembuat kebijakan).
2. Consequences Strategy (Strategi Konsekuensi dari Insentif).
Bagian kedua dari DNA organisasi publik berfokus pada penciptaan insentif di dalam sistem.
Strategi konsekuensi ini mengubah insentif dengan menciptakan hasil yang bergantung pada
kinerja. Alat yang digunakan untuk strategi ini termasuk penghargaan kinerja (pengakuan non-
finansial bagi karyawan yang berprestasi), bonus (penghargaan tunai satu kali), dan
penganggaran berbasis kinerja (memasukkan target kinerja dalam dokumen anggaran).
3. Customer Strategy (Strategi Pelanggan untuk Akuntabilitas kepada Pelanggan Mereka).
Bagian fundamental berikutnya dari DNA organisasi publik adalah akuntabilitas kepada
pelanggan. Strategi pelanggan ini memberikan opsi kepada masyarakat dalam memilih
organisasi penyedia layanan publik dan menetapkan standar layanan yang harus dipenuhi oleh
organisasi tersebut. Alat yang digunakan dalam strategi ini meliputi peningkatan pilihan bagi
masyarakat, memungkinkan penerima layanan untuk memilih antara penyedia layanan publik
dan swasta. Ini dapat dicapai melalui sistem voucher dan penggantian biaya (memberikan
sumber daya kepada penerima untuk memilih layanan sendiri, atau mengganti biaya kepada
penyedia layanan), serta sistem keluhan pelanggan (melacak dan menganalisis keluhan untuk
memastikan tanggapan yang cepat dan efektif).
4. Control Strategy (Strategi Kontrol untuk Memindahkan Kontrol dari Atas dan Tengah).
Elemen kritis keempat dari DNA organisasi publik adalah menentukan di mana letak
kekuasaan pengambilan keputusan. Strategi kontrol ini mendorong desentralisasi
pengambilan keputusan ke tingkat yang lebih rendah dalam hierarki, dan terkadang ke tingkat
komunitas. Ada tiga pendekatan dalam penerapan strategi ini: Pemberdayaan Organisasi
(menghilangkan aturan atau kontrol yang diberlakukan oleh tingkatan organisasi yang lebih
tinggi), Pemberdayaan Karyawan (mengurangi kontrol manajemen hierarkis dan memberi
otoritas kepada karyawan di lini depan), serta Pemberdayaan Komunitas (memindahkan
kekuasaan birokrasi ke masyarakat). Alat yang digunakan meliputi desentralisasi kontrol
administratif, kemitraan manajemen tenaga kerja (kerja sama antara manajemen dan serikat
untuk meningkatkan kinerja dan kondisi kerja), serta peraturan dan kepatuhan berbasis
133