Page 142 - LAPORAN AKHIR MASTERPLAN KAWASAN SABA BUDAYA BADUY DAN SEKITARNYA
P. 142
LAPORAN AKHIR
Perencanaan Masterplan Kawasan Saba Budaya Baduy dan Sekitarnya
pengunjung dapat membali dan membawa pulang barang yang dapat mewakili memori
dan pengalaman mereka di daya tarik wisata budaya.
2. Menyediakan dan mengawasi alur pengunjung
Kepadatan dapat merusak apabila dilihat dari dua perspektif; pertama, dapat merusak
pengalaman pengunjung dan, kedua, berpotensi meningkatkan dampak fisik negatif
terhadap artefak budaya. Aksi yang dapat dilakukan mencakup menyediakan tanda
penunjuk untuk menghindari pengunjung memasuki area sensitif dan mengingatkan orang
untuk tidak menyentuh atau bersandar pada permukaan yang rapuh; membatasi ukutan
grup dan waktu kunjungan; menerapkan kuota pengunjung untuk menghindari kerumunan
pada tingkatan yang mudah dikelola; dan mengurangi upaya pemasaran atau promosi
(demarketing).
3. Menerapkan kebijakan harga
Apabila diperlukan, harga tiket masuk dapat diatur sedemikian rupa untuk mengontrol
jumlah pengunjung. Hal yang perlu diperhatikan adalah menjaga keseimbangan antara
penyusunan harga dan permintaan dari pengunjung.
4. Mengelola pengalaman pengunjung
Beberapa aksi yang dapat membuat pengalaman pengunjung lebih efektif mencakup
penyediaan staf untuk mengurus hal-hal yang terkait langsung dengan pengunjung,
pelibatan staf dalam menciptakan pengalaman pengunjung, menyampaikan interpretasi
yang dapat dipahami, menyediakan beragam pengalaman dan berupaya memahami dan
menghargai kebutuhan dan keiningan pengunjung.
Penciptaan pengalaman yang berkualitas tinggi membutuhkan pelayanan konsumen yang
baik, seperti melalui pelayanan yang ramah, sikap yang menyenangkan, dan menyediakan
banyak informasi yang akurat, dan interpretasi yang menyediakan informasi dan menarik
perhatian orang dari semua usia. Hal penting lainnya adalah memerhatikan kebutuhan khusus
pengunjung, seperti pengunjung dengan kebutuhan khusus.
Salah satu faktor yang menjadi daya tarik bagi wisatawan untuk berkunjung ke suatu destinasi
wisata dalah jarak dan ketersediaan aksesibilitas. Oleh karena itu, sebelum pengembangan
Kawasan Baduy sebagai destinasi wisata, aspek aksesibilitas dari titik penyebaran wisatawan
(hub) terdekat ke Kawasan tersebut perlu di kaji Kembali. Secara umum, akses menuju
Kawasan Baduy adalah:
1. Melalui Jakarta sebagai titik penyebaran (hub) primer terdekat, baik bagi wisatawan
domestik maupun mancanegara (terutama dengan adanya Bandar Udara Internasional
Soekarno-Hatta di Cengkareng, Banten, dan hub moda transportasi lainnya – bandar
udara, stasiun kereta api, terminal bus, shuttle bus, dan sebagainya)
2. Kemudian melalui Kota Rangkasbitung sebagai titik penyebaran (hub) sekunder
terdekat, sebelum sampai di titik terluar Kawasan Baduy Luar (berjarak sekitar 42 km
dari Rangkasbitung).
Mengingat Kawasan Baduy ditempati oleh masyarakat adat yang sangat menjaga tradisinya,
pengembangan pariwisata yang dermawan harus dapat diterapkan. Oleh karena itu, Tingkat
pengembangan pariwisata harus memperhatikan zonasi Kawasan, misalnya untuk Kawasan
Baduy Dalam perlu membatasi aktivitas wisatawan dan pengembangan infrastruktur fisik dan
sarana bagi wisatawan, sedangkan untuk Kawasan Baduy Luar dapat lebih fleksibel dengan
tetap memegang aturan adat. Prinsipnya, pengembangan pariwisata di Kawasan Baduy harus
BIDANG DESTINASI
DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA
PEMERINTAH KABUPATEN LEBAK 5- 3

