Page 110 - RENCANA INDUK GEOPARK BAYAH DOME
P. 110

terbatas maka beberapa mortir yang dibuat, tidak berfungsi dengan baik dan pelurunya meletus
               di dalam tabung (Ali, 2020 dalam Ginandar, 2022).
















                             Gambar 2.50 Gedung Bekas Pabrik Minyak Kelapa Van Mex Olie Fabrieken

                  4.     Watertoren De Rangkasbitoeng

                       Sebagaimana sebutannya dalam Bahasa Belanda, maka bangunan ini adalah bangunan
               Penampung Air, yang berbentuk menara. Berfungsi sebagai menara penyimpan dan pengatur
               bagi  pasokan  air  bersih  di  wilayah  Kota  Rangkasbitung  pada  masa  kolonial,  terutama  untuk
               memenuhi  kebutuhan  rumah-rumah  kolonial  Belanda  bersama  pejabat-pejabat  feodalnya.
               Dibangun  pada  tahun  1931,  toren  ini  mengambil  sumber  air  dari  Gunung  Pulosari.  Air  yang
               mengalir  masuk  dan  kemudian  didistribusikan  menggunakan  teknologi  gravitasi  yang  tidak
               memerlukan mesin. Hal ini pula yang menjadi alasan lokasi menara air ini berada di lokasi yang
               lebih tinggi dibanding daerah sekitarnya. Saat ini, bangunan ini sudah ditetapkan sebagai salah
               satu bangunan Cagar Budaya di Rangkasbitung.


















                                         Gambar 2.51 Watertoren De Rangkasbitoeng

                  5.     Kompleks ex-Tambang Cikotok

                       Di Komplek ex-Tambang Cikotok masih tersisa tinggalan masa penjajahan adalah Derek/
               Lubang  Akses  Vein  Cikotok  (Kompleks  ex-Tambang  Cikotok  yang  terletak  di  Desa  Cikotok,
               Kecamatan Cibeber Kabupaten Lebak. Lokasinya terletak ±127 km dari Rangkasbitung (pusat
               kota Kabupaten Lebak).  Komplek  ini merupakan kantor lama milik PT Antam yang dulunya
               beroperasi dalam penambangan emas di daerah ini. Penelitian mengenai kandungan emas di
               lokasi ini telah dimulai pada tahun 1924 oleh Ir. W.F.F Oppenoorth, yang kemudian dijadikan
               acuan  untuk  eksplorasi  emas  pada  tahun  1933,  hingga  mulai  berproduksi  pada  tahun  1939.
               Setelah  Indonesia  merdeka,  Pertambangan  Cikotok  berada  di  bawah  pengawasan  Jawatan
               Tambang  dan  Geologi  di  bawah  Kementrian  Kemakmuran.  Pada  periode  ini,  hasil  tambang
               digunakan  untuk  mendukung  pemerintahan  yang  baru  terbentuk  dan  membantu  perjuangan
               Agresi  Militer  I  dan  II.  Pada  tahun  2016,  masa  pascatambang  telah  selesai.  Tambang  ini



                                                                                                       88
   105   106   107   108   109   110   111   112   113   114   115