Page 100 - Laporan Akhir- Kajian Keterkaitan Geo Bio Budaya
P. 100
Sebutan “Baduy” diyakini terkait dengan nama Sungai Cibaduy atau Gunung
Baduy, karena pada awalnya mereka lebih senang disebut sebagai urang Kanekes.
Terkait dengan asal-usul, setidaknya terdapat tiga teori sejarah masyarakat Baduy.
Pertama mereka adalah keturunan warga Kerajaan Pajajaran yang melarikan diri
dari serangan Kesultanan Banten. Kedua, masyarakat Baduy adalah masyarakat
asli Banten yang beragama Hindu, pindah ke Kanekes setelah diserang Kesultanan
Banten. Ketiga, masyarakat Baduy adalah keturunan para pertapa yang tinggal di
daerah sakral Banten, jauh sebelum Islam masuk ke Nusantara.
Wilayah Baduy terbagi dalam Baduy Dalam dan Baduy Luar. Baduy Dalam
menerapkan adat lebih ketat dibanding Baduy Luar. Hal ini berhubungan dengan
kepercayaan orang Baduy bahwa tempat tinggal mereka (Baduy Dalam) adalah
pusat semesta dan terdapat tempat manusia pertama turun ke dunia. Tempat itu
dikenal sebagai Sasaka Pusaka Buana atau Arca Domas yang merupakan situs
paling sakral bagi orang Baduy. Kampung-kampung baduy luar mempunyai tugas
menjaga dan melindungi keberadaan kampung baduy dalam. Ini dimaksudkan agar
keutuhan nilai-nilai kebaduy-an tetap utuh dan lestari.
Kehidupan masyarakat adat Baduy selaras dengan alam dan menjalani
kesehariannya dengan mematuhi adat leluhur yang disebut pikukuh. Pemerintahan
dan kehidupan adat Baduy dijalankan oleh Kapuunan sebagai lembaga adat
tertinggi. Kapuunan terdiri dari tiga puun (pemimpin adat) yang berkedudukan di
tiga kampung Baduy Dalam; yakni Cikeusik, Cikertawana, dan Cibeo.
Masing-masing puun memiliki tugas: 1) Puun Cikeusik bertugas mengurus
segala hal yang berhubungan dengan agama, pengadilan adat, dan upacara adat, 2)
Puun Cikertawana mengurus perihal kesejahteraan dan keamanan warga, dan 3)
Puun Cibeo mengurus perihal administrasi dan tamu (wisatawan) yang berkunjung
ke Baduy.
Para puun dibantu beberapa jaro yang merupakan ketua masyarakat secara
formal. Para jaro umumnya berdiam di kampung-kampung Baduy Luar. Mereka
bertindak sebagai wakil masyarakat dan penghubung dengan puun. Para jaro
memiliki beberapa pembantu seperti carik (wakil pemerintah dan berasal dari luar
Baduy), pangiwa, dan polisi desa.
Di dalam kesederhanaannya Masyarakat Hukum Adat Baduy/Kanekes,
terkenal dengan pengetahuan lokalnya yang menarik banyak akademisi, ilmuwan
untuk meniti “rahasia-rahasia Ilmu pengetahuan” yang terdapat di dalamnya. Mulai
dari Arsitektur permukiman, hingga rumah dan desain Leuit. Pengetahuan tentang
ilmu lingkungan (ekologi), serta pelestarian dan upaya mengatasi hambatan-
hambatan alam dengan cara bijak. (lihat, Iskandar,2004; Iskandar-Iskandar,
2017;Iskandar,Iskandar, Partasasmita, 2018 )
Salah satu yang juga sangat menarik adalah Tugas Hidup orang Baduy yaitu
Ngukus Ngawalu Muja Ngalaksa yaitu suatu proses penting dalam penanaman padi,
panen padi dan Seba. Ngukus (membakar zat aromatik), ngawalu
(menyelenggarakan upacara kawalu), muja (melaksanakan pemujaan), dan
ngalaksa (membuat laksa dalam upacara tutup tahun).
92