Page 106 - Laporan Akhir- Kajian Keterkaitan Geo Bio Budaya
P. 106
ada perwakilan yang diutus ke Kasepuhan Gelar Alam, pun sebaliknya selalu ada
perwakilan dari kasepuhan Gelar Alam yang datang ketika serentaun di Kasepuhan
Bongkok.
Kasepuhan Bongkok ini dalam beberapa tahun terakhir menjadi cukup
terkenal dan banyak dikunjungi wisatawan yang ingin menuju ke Curug Cipicung.
Curug Cipicung berada di kawasan Kasepuhan Bongkok. Saat ini Kasepuhan
sedang mengadakan program untuk menanam kembali pohon picung di hulu Curug
Cipicung.
4.3.3.4 Kasepuhan Citorek, Kecamatan Cibeber
Catatan dari BRWA (Badan Registrasi Wilayah Adat) menyatakan bahwa
Masyarakat Kasepuhan Citorek berasal dari Guradog ( Jasinga ) yang mulai
menetap di Citorek pada tahun 1846 (brwa.or.id;2023). Tujuan perpindahan ini
adalah mencari lahan permukiman yang luas di sebelah selatan Gunung Kendeng
dan layak untuk mengembangkan pertanian sesuai dengan wangsit dari leluhur.
Dari sisi administratif saat ini, wilayah wewengkon Adat Citorek berada di
empat desa yaitu, Desa Citorek Timur, Citorek Barat, Citorek Tengah dan Citorek
Selatan. Namun Pusat Kasepuhan ini berada di Kampung Guradog Citorek Timur
meski sempat beberapa kali berpindah-pindah untuk menjalankan wangsit dari
leluhur masyarakat Kasepuhan.
Nama Guradog terkait erat dengan sejarah asal mula Kasepuhan. Salah satu
versi legenda menuturkan hal itu dalam Pancer Pangawinan Guradog Jasinga
(Bogor) (Satriadi dan Somantri, 2016), Pancer Pangawina (konsep filosofi yang
digunakan Kasepuhan dalam bersikap antar manusia maupun dengan alam
sekitarnya, termasuk di dalamnya konsep spasial (ruang) atau wilayah) di Guradog
didirikan oleh seorang Tokoh yang bernama Ki Demang Haur Tangtu atau Dalem
Tangtu Awileat.
Ki Demang Haur Tangtu adalah salah satu Pimpinan Pasukan Bareusan
Pangawinan (Laskar Pajajaran) bersama dengan Guru Alas Lumintang Kendungan
dan Puun Buluh Panuh. Ketiga tokoh ini, yaitu Ki Demang Haur Tangtu, Guru Alas
Lumintang Kendungan dan Puun Buluh Panuh ditugaskan oleh Prabu Siliwangi
(Ragamulya Suryakencana) pada tahun 1579untuk menyelamatkan Hanjuang
Bodas (Mahkota Kerajaan) dari serbuan Pasukan Banten. (Literatur Sejarah
mencatat bahwa Kerajaan Pajajaran berdiri sejak 1482 – 1579. Legenda ini memiliki
kesesuaian tahun).
Setelah mendapat tugas tersebut, ketiganya bersama sang raja segera
mundur dari Pakuan (ibukota) Pajajaran ke arah selatan, ke sebuah tempat yang
disebut Tegal Buleud (Bayah). Di tempat ini pengikut mereka dibagi-bagi dalam
kelompok-kelompok kecil dan diberi kebebasan untuk memilih jalan hidup masing-
masing. Sementara itu, ketiga pimpinan Bareusan Pangawinan kembali ke dayeuh
(kota) yang telah ditinggalkan.
Dalam perjalanan menuju Dayeuh, ketiga pimpinan Bareusan Pangawinan
sepakat untuk berpisah dan menempuh jalan hidup masing-masing, tetapi tetap
98