Page 112 - Laporan Akhir- Kajian Keterkaitan Geo Bio Budaya
P. 112
Pertambangan Bayah memiliki 3 blok penambangan, yaitu Blok Madur, Blok
Cihara dan Blok Cimang. Dari Pulo Manuk di Gunung Mandur, dibuat jalur-jalur
kereta yang dinamakan Stingkul, yaitu kereta kecil pengangkut batubara dari
lubang-lubang pertambangan. Dengan stingkul, batubara diangkut ke Pulo Manuk
kemudian dipindahkan ke kereta pengangkut menuju Bayah, yang diteruskan
dengan Kereta Api menuju ke Malingping, Saketi, Rangkasbitung, hingga ke Jakarta
(Isnaeni & Apid, 2008).
Pembangunan jalur ini menggunakan material rel dan bantalan kayu yang
dikirim dari seluruh Pulau Jawa, sedangkan material KA menggunakan lokomotif
trem dari pabrik-pabrik gula yang ditutup. Jalur ini dibangun pada Jaman
Penjajahan Jepang, dengan praktek romusha yang kejam. Jumlah pekerja yang
tewas untuk pembangunan jalur ini diperkirakan bervariasi dari 20 ribu hingga 60
ribu pekerja, dan jumlah ini belum termasuk tewasnya 20 ribu pekerja tambang,
sehingga dijuluki Jalur Maut (Death Railway).
Para pekerja yang dikirim ke Saketi-Bayah di Banten ini berasal dari daerah-
daerah di pulau Jawa sehingga terdapat yang berasal dari Jawa Tengah dan Jawa
Timur. Pada saat ini terdapat beberapa kampung di Bayah yang merupakan
keturunan dari pekerja romusha dari Jawa Tengah dan Jawa Timur tersebut seperti
Kampung Arjasari, Kampung Deker, Kampung Manuk, bahkan di Kampung
Purwodadi terdapat kelompok kesenian Kuda Lumping.
Pada saat ini yang tersisa hanya rel kereta api di Saketi yang telah tertutup
pasar, tugu jembatan rel Kereta Api di Malingping yang sudah berlumut dan Tugu
pembuatan rel Kereta Api di Bayah. Selain itu terdapat beberapa pondasi-pondasi
terutama yang berasal dari 29 jembatan di sepanjang jalur.
Gambar 4.76 Jembatan ex-Kereta Api Jepang.
104