Page 114 - Laporan Akhir- Kajian Keterkaitan Geo Bio Budaya
P. 114
Morfologi berupa dataran tinggi yang berbukit terbentuk akibat proses geologi
saat pembentukan Kubah Bayah. Proses pengkubahan mengangkat daerah Bayah
menjadi dataran tinggi. Selama prosesnya, terbentuk pula gunungapi yang
menghasilkan batuan volkanik di daerah kubah Bayah. Batuan volkanik dan iklim
tropis menghasilkan lapukan batuan berupa tanah yang subur.
Terdapat keunikan di kawasan Kasepuhan Citorek dimana selain padi ladang
dan tandah hujan, disini terdapat pula padi sawah dengan sistem irigasi sederhana.
Hal ini dikarenakan secara geologi posisi dari kasepuhan ini yang berada di zona
depresi Citorek dan terdapat dua Sungai sehingga terdapat pedataran yang
memungkinkan untuk dibuat sawah.
Masyarakat adat memiliki filosofi dalam bertanam padi hanya dilakukan 1
kali dalam satu tahun. Hal ini sesuai dengan keyakinan bahwa tanah diibratkan
sebagai “ibu”, dimana seorang ibu hanya akan melahirkan 1 kali dalam setahun,
dan padi diibaratkan pula sebagai “Dewi Sri”. Hal ini juga merupakan kearifan lokal
untuk menjaga kesuburan tanahnya.
Umumnya proses penanaman padi sampai dipanen terbagi menjadi tujuh
tahap yang disebut rukun tujuh. Prosesi rukun tujuh diantaranya:
1. Asup Leuweung (masuk ke hutan)
Proses ritual adat meminta ijin kepada Yang Maha Kuasa untuk bekerja di hutan
(membuka huma gebrugan)
2. Nibakeun (Menghadirkan)
Masih berupa proses ritual berdoa dan meminta ijin untuk memulai
penanaman.
3. Ngubaran (Mengobati)
Tahap ini dilakukan ketika padi sudah mulai besar, masyarakat adat
melakukan proses yang disebut Sri sakti manusa nu kumawasa (pengakuan
terhadap Dewi Sri yang memang sakti, namun manusia juga berkehendak/
berupaya). Dilakukan pengobatan dan pencegahan serangan hama dengan
menggunakan obat-obatan yang diramu dari bahan alami di sekitar lingkungan.
Mulai dari daun-daunan hingga rempah-rempah diramu sedemikian rupa
dengan berpatokan pada pengetahuan turun-temurun.
4. Mapag Pare Beukah (Menjemput Padi mulai Merekah)
Ritual Adat yang dilakukan saat bulir padi mulai merekah. Dilakukan do’a-doa
permintaan kepada Sang Pencipta agar padi yang akan dipanen baik hasilnya.
Upacara ini juga sering dipandang sebagai penjemputan Dewi Sri. Berbagai
penganan tradisional biasanya dibuat dan dihidangkan para perempuan
masyarakat adat pada upacara ini.
5. Beberes/Mipit (Bersiap dan meminta ijin)
Tahap ritual meminta ijin untuk memanen padi yang sudah mulai penuh berisi
dan merunduk. Dilakukan pula pembuatan tumpeng oleh kaum perempuan
untuk dimakan bersama dan dibagikan kepada beberapa saudara Kasepuhan-
kasepuhan lain yang dekat.
106