Page 129 - Laporan Akhir- Kajian Keterkaitan Geo Bio Budaya
P. 129

Dengan  kejadian  yang  selalu  seperti  itu  maka  kemudian  masyarakat
                    mengembangkan  cerita  turun-temurun  terkait  dengan  nama  Cadas  Kadatuan.
                    Kadatuan secara bahasa diduga berasal dari Ke-datuk-an yang diartikan sebagai
                    “tempat  kediaman    datuk  (raja)”.    Dalam  cerita  legenda  Cadas  Kadatuan,  maka
                    dijelaskan bahwa cadas ini merupakan tempat Ngahyangna Prabu Amuk Murugul
                    atau tempat menghilangnya Prabu Amuk Murugul ke alam gaib pada saat dikejar
                    oleh Prabu Siliwangi.

                          Di dalam legenda sejarah Sunda (Babad Salakanagara), tokoh Prabu Amuk
                    Murugul ini dikenal sebagai putra dari Prabu Susukutunggal yang merupakan salah
                    satu Raja di Kerajaan-kerajaan Sunda. Kakek dan neneknya adalah Prabu Westu
                    Kencana dan Ratna Sarkati yang merupakan Raja dan Ratu Kerajaan Galuh. Dalam
                    cerita  lain,  Prabu  Amuk  Murugul  ini  disebut  juga  sebagai  Raja  Japura  (Astana
                    Japura di Cirebon). Prabu Amuk Murugul ini bertikai dengan Prabu Siliwangi (Sri
                    Baduga Maharaja) karena memperebutkan Nyai Subang Larang.
                          Sebagai  cerita  tambahan,  konon  di  dekat  cadas  tersebut  terdapat  sarang
                    Kancra  Dugul  (Siluman  Ikan).  Kancra  Dugul  dikenal  sebagai  raja  ikan  di  Sungai
                    Ciberang.  Apabila  masyarakat  Sajira  dan  sekitarnya  melakukan  kegiatan
                    menangkap ikan harus dengan restu dari Kancra Dugul, jika tidak direstui maka
                    tidak akan didapatkan ikan.

                    4.4.5.6 Toponim Kasepuhan Citorek

                          Terdapat beberapa versi dalam topomin Citorek. Walaupun demikian, semua
                    versi tersebut berkaitan dengan aliran-aliran Sungai Citorek dan Sungai Madur yang
                    berada di wilayah Citorek. Salah satu versi menceritakan bahwa dahulu kala ada
                    seseorang nenek moyang melakukan ngalasan hoe ‘mencari dan mengambil rotan’
                    ke hutan di daerah yang sekarang menjadi wilayah Kasepuhan Citarik. Pada saat
                    hari menjelang malam ia kemudian membuat gubuk sederhana dan mulai mencari
                    sumber air. Namun selama ia mencari hingga malam larut, sumber air itu tidak
                    ditemukan.  Akhirnya  ia  beristirahat  dan  keesokan  harinya  pada  saat  bangun  ia
                    kaget  karena  ternyata  terdapat  sumber  air  sungai  yang  dekat  dengan  gubuknya
                    yang  tidak terlihat  dan terdengar saat dicari kemarin malam.  Berawal dari tidak
                    terdengarnya suara air sungai inilah kemudian diberinama Sungai Citorek (air yang
                    tidak terdengar karena menjadi tuli), torek adalah bahasa Sunda yang berarti tuli.
                    Dalam  perkembangannya  kemudian,  Citorek  ini  dijadikan  sebagai  nama
                    Kasepuhan.
                          Versi lain menceritakan dengan pola yang mirip namun dengan tokoh yang
                    berbeda. Dalam versi ini diawali dengan satu asal kata tariqah yang berarti jalan
                    atau  perjalanan.  Pada  masa  lampau,  di  jaman  nenek  moyang  Juragan  Panghulu
                    Baris Olot Sawawaton (kelompok tokoh agama dan desa/pemerintahan) msih tinggal
                    di suatu daerah yang bernama Gunung Julang. Berdasarkan hasil bermusyawarah
                    dan  bermufakat,    Baris  Olot  Sawawaton    ini  mendapatkan  tugas  untuk  mencari
                    lokasi baru untuk dijadikan permukiman. Nyukcruk Galuran Pilembureun, Neangan
                    Pitempateun,  Naratas  Pilemaheun  :  Melacak  Jalan  Untuk  Jadi  Perkampungan,
                    Mencari Lokasi, Merintis untuk dijadikan Permukiman.




                                                            121
   124   125   126   127   128   129   130   131   132   133   134