Page 74 - RENCANA INDUK GEOPARK BAYAH DOME
P. 74
Mineralisasi Bayah Dome
Daerah Bayah Dome disusun oleh berbagai formasi batuan baik vulkanik maupun
sedimen. Batuan dari Formasi Cikotok dan Cimapag merupakan formasi batuan yang berpotensi
sebagai tempat kedudukan mineralisasi. Batuan tersebut merupakan Formasi Andesit Tua (van
Bemmelen, 1949) yang secara umum terdiri dari lava andesit, breksi vulkanik, tuf dan
batugamping. Sedangkan batuan intrusifnya terdiri dari granodiorit dan andesit. Batuan tersebut
umumnya telah mengalami ubahan dan sebagian telah termineralisasi.
Mineralisasi di kawasan Bayah Dome ditandai oleh penerobosan batuan intrusi dan fluida
hidrotermal pada batuan samping vulkanik dan sedimen. Hasil analisis petrografi, mineragrafi,
inklusi fluida dan geokimia, diketahui terdapat tiga tipe mineralisasi pada Bayah Dome, yaitu:
1. Kawasan Cikotok: urat kuarsa menerobos lava andesit dan tufa, ubahan propilit – argillik dan
silisik pada batuan tersebut. Di daerah Lebak Muncang, Citundun ditemui mineralisasi pirit
dan mangan. Di daerah Cikaret, ditemui mineralisasi sulfida (argentit dan pirit). Daerah G. Peti,
ditemui alterasi argilik dengan mineral sulfide yang jarang. Hasil analisis geokimia, diketahui
kadar tertinggi ; Cu 397 ppm, Pb 425 ppm, dan Zn 408 ppm. Au nilai tertinggi 11479 ppb dan
Ag 73 ppm, As 100 ppm.
2. Kawasan Cisungsang: mineralisasi terjadi pada batuan karbonat (batugamping). Dua lokasi
berkaitan dengan mineralisasi yaitu Cisungsang bagian atas, mineralisasi ditandai dengan
pemunculan mineral sulfida pirit, galena. Pirit dijumpai tersebar dalam silisifikasi. Jenis
alterasi adalah silisifikasi, terdapat asosisasi pirit-argentit-galena. Pada bagian bawah
(Formasi Bojong) mineralisasi di identifikasi selain mineral pirit, galena juga kalkopirit, hadir
cukup banyak, berwarna kuning tua, berbutir sedang hingga kasar. Kenampakan alterasi tidak
banyak berubah, perubahan terjadi pada munculnya kalkopirit, sementara mineral perak
tidak terlihat. Analisis inklusi fluida menunjukkan nilai Th 190 C – 230 C dan pada dengan
0
0
nilai salinitas 1,8 ~ 2,2%wt NaCl eq, daerah ini memiliki kadar tertinggi ; Cu:8700 ppm,
Pb:15040 ppm, dan Zn:6000 ppm. Sementara nilai tertingginya Au:3163 ppb, Ag:78 ppm, dan
As:1600 ppm.
3. Kawasan Cirotan: mineralisasi dan alterasi ditandai oleh penerobosan urat kuarsa berarah N
190 E/ 80 pada batuan andesit propilik. Alterasi berupa propilitik ditandai dengan klorit dan
0
0
epidot dan sedikit karbonat. Di daerah tambang lama, ditemui pirit, sfalerit dan galena dengan
jenis alterasi berupa silisifikasi. Di Cirotan atas ditemui pirit, sfalerit, galena, kalkopirit.
Mineralisasi di komplek ini di kenal sebagai Mineralisasi Emas Epitermal Tipe Cirotan. Daerah
Cilubang memiliki ciri yang mirip dengan Cirotan Atas, dengan alterasi berupa argilik hingga
propilitik. Hasil analisis inklusi fluida menunjukkan nilai Th 180 C – 280 C dan nilai salinitas
0
0
1,4 ~ 2,2% wt NaCl eq. Analisis geokimia menunjukkan kadar Cu:7397 ppm, Pb:149800 ppm,
dan Zn:132900 ppm. Au:4001 ppb, Ag:30 ppm, dan As:100 ppm. Endapan emas pada kawasan
Cirotan (Gambar 2.30) merupakan endapan yang relatif berumur muda, yaitu terbentuk pada
kala Pliosen (1,7 Ma) terjadi karena intrusi batuan oleh Mikrodiorit pada kala Pliosen (4.5 Ma)
(Milesi dkk, 1994).
4. Kawasan Cikidang: mineralisasi dan alterasi ditandai oleh penerobosan urat kuarsa berarah
N. 185-210 E/ 60-85 pada batuan breksi dan lapilli tuf berumur Miosen-Pliosen. Alterasi
0
0
berupa propilitik, argilik dan serisitik. Mineral logamnya didominasi oleh emas berupa
electrum, pirit, perak dalam bentuk mineral argentit dan aguilarite, serta sangat minor sfalerit
dan galena. Urat kuara berasosiasi dengan gang mineral berupa adularia, kalsit, oksida
mangan dan mineral lempung. Hasil analisis inklusi fluida menunjukkan nilai Th 170 C –
0
260 C dan nilai salinitas <3% wt NaCl eq. Analisis geokimia menunjukkan kadar Au dengan
0
52