Page 71 - RENCANA INDUK GEOPARK BAYAH DOME
P. 71
Pliosen yang menyebabkan keterbentukan endapan piroklastik dan lava andesit minor pada tuf
Malingping, Tuf Citorek, dan Formasi Genteng, yang umumnya terendapkan pada lingkungan
darat hingga paralic. Proses magmatisme ini kemudian diikuti oleh pengangkatan (uplift)
tektonik pada daerah Bayah yang terjadi pada kala Pliosen Akhir, yang dimana menuruk Van
Bemmelen (1949), menyebabkan terbentuknya Bayah Dome.
Van Bemmelen, 1949 membedakan kompleks Bayah menjadi 3 (tiga) unit, yaitu:
a. Southern Belt, yang tersusun atas batuan yang terlipat kuat dan northward thrusted berumur
Paleogen, yang tertutup secara tidak selaras oleh formasi-formasi yang lebih mudah,
b. Central, yang tersusun atas batuan Old-andesite (Andesit tua) berumur Paleogen, yang
berinterkalasi dengan endapan laut Paleogen,
c. Northern Belt, yang memebentuk transisi dengan Zona Bogor. Pada bagian ini, Cimapang-
Saraweh-Baduy beds tersingkap, dan tertutupi secata tidak selaras oleh deposit darat
vulkanik dasitik berumur Pliosen.
Siklus orogenik berumur Tersier menunjukkan adanya 3 (tiga) jenis evolusi tektonik,
yaitu di akhir Paleogen, pertengahan Miosen, dan di akhir Pliosen. Selanjutnya, terdapat 4
(empat) siklus vulkanik utama yang teridentifikasi, yaitu:
1. Formasi Old-andesite berumur Paleogen (Eosen Atas – Oligosen Bawah),
2. Formasi Old-andesite berumur Oligo – Miosen (Citarate stage bagian atas – sareweh stage
bagian bawah),
3. Erupsi dan intrusi andesit asam dan dasit pada Pliosen,
4. Vulkanik Kuarter yang dimulai oleh intrusi basalt-andesit berupa dikes dan necks, dan
diakhiri oleh Formasi basalt-andesit yang telah hilang.
Terdapat hubungan yang kuat antara peristiwa tektogenik dan proses magmatisme pada
pembentukan pegunungan Bayah, yang dimulai dari Tersier hingga Kuarter.
Selama tahap akhir proses pembentukan Bayah Dome terbentuk banyak celah akibat gaya
tension pada zona tengah dan utara, yang kemudian terisi oleh urat-urat kuarsa pembawa logam
emas dan perak akibat naikmya larutan hidrotermal. Arah utama urat yaitu Utara–Baratlaut, dan
ditemui pula yang berarah Utara-Timurlaut, Barat-Baratdaya dan Barat-Baratlaut.
Mineralisasi emas-perak primer di Komplek Bayah Dome sudah dikenal cukup lama
sebagai daerah gold district (Gambar 2.26), dimana tambang emas pertama di Indonesia terdapat
di daerah ini, yaitu daerah Cikotok-Cirotan, didaerah tersebut kegiatan penambangan emas-
perak telah di mulai sejak awal abad ke 19, yaitu pada masa penjajahan Belanda.
Gunung Pongkor ditemukan pada tahun 1988 dan mulai berproduksi pada tahun 1992,
serta daerah Cikidang yang mulai berproduksi tahun 2002 (Rosana, 2009). Secara umum
mineralisasi di kompleks Kubah Bayah sepanjang sesar mendatar NNE-SSW yang memotong
batuan volkanik, sedimen dan plutonik berumur Miosen-Pliosen. Alterasi hidrotermal yang
cukup intensif di sebagian besar kawasan Kubah Bayah ini dicirikan oleh alterasi tipe silisik,
propilik dan argilik, atau hadirnya mineral-mineral ubahan seperti klorit/smektit, illit/smektit,
epidot, serisit, kaolinit dan monmorilonit (Rosana, 2009).
49